Surabayanews.co.id – Tim DVI dalam mengidentifikasi jenazah korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501 sangat terbantu dengan adanya Mambis. Alat untuk mendeteksi identitas dengan cepat dan presisi melalui finger print tersebut, diklaim sebagai peralatan tercanggih yang hanya di miliki Indonesia dan Amerika.
Salah satu alat yang diakui kecanggihannya adalah Mambis atau Mobile Automatic Multi Biometric Identification System. Alat sidik jari produkan Amerika ini tidak banyak dimiliki oleh negara-negara Asia lain. Bahkan Iptu Pudji Harjanto menyebutkan bahwa alat ini hanya dimiliki oleh Indonesia dan Amerika saja.
Kecanggihan dari alat ini adalah bisa mengetahui identitas seseorang dengan cepat hanya dengan menempelkan jari pada finger print. Kemudian akan muncul data identitas sesuai dengan yang tercantum minimal di e-KTP.
Tidak hanya bisa membaca identitas dari sidik jari, alat ini ini juga memiliki tingkat presisi yang tinggi menggunakan tehnik iris mata. Hanya dengan meneropong kaca yang terletak dalam alat ini, dengan sendirinya akan muncul data identitas kependudukan seseorang.
Alat ini digunakan oleh Inafis atau Indonesian Finger Identification System dalam melakukan identifikasi para jenazah korban jatuhnya pesawat AirAsia secara computerize. Dalam metode primer, sidik jari sangat kuat menentukan identitas seseorang mengingat setiap sidik jari setiap orang di duninia ini, tak memiliki kesamaan dengan yang lain.
“Kalau memang rusak, kami akan tetap berusaha dengan menggunakan alat-alat manual, baik melalui komputer dan mata kita langsung,” kata Iptu Pudji Harjanto.
Dengan alat ini selama kondisi sidik jari jenazah tidak mengalami kerusakan maka Mambis sangat efektif untuk mengungkap identitas para jenazah. Alat ini juga pernah digunakan dalam disaster para ABK Korea yang tenggelam di laut.
Sementara itu jika kondisi sidik jari tidak memungkinkan lagi untuk diambil, Inafis juga telah dibekali dengan kemampuan membaca sidik jari secara manual dengan treatment dan metode lain. Peralatan penunjang lain untuk mendukung proses identifikasi sidik jari yang dibawa oleh Inafis yaitu alkohol, cukak serta bedak untuk mengikis cairan dari jenazah korban.
Setelah itu jari akan ditempelkan pada media kemudian disapu menggunakan serbuk khusus dari proses ini kemudan akan muncul lingkaran garis kapiler. Garis kapiler ini akan diperjelas menggunakan camera macro dan hasilnya disimpan dalam liftin untuk mengunci garis kapiler.
Dari data yang telah diperbesar, tim Inafis akan melakukan pencocokan pada data sidik jari antemortem. Dibutuhkan minimal 12 titik kesamaan untuk bisa menentukan identitas dari jenazah. (uam/rid)
Sumber Artikel dan foto : http://surabayanews.co.id/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment